—“engkau 
tentu masih mengenal aku, juga seragamku: 
baju putih lengan pendek dengan rok abu-abu.
engkau 
tentu tak melupakan aku, 
ada tato di bawah pusarku, bertuliskan: 
milik departemen pendidikan dan kebudayaan 
republik indonesia, tidak diperdagangkan.”—
aku tentu 
mengenal dan tak melupakanmu. dulu 
berkejaran riang di halaman sekolah, kini 
berkeliaran penuh mesum di banyak mal. tapi 
sungguh, aku ingin jadi ustaz, mengenakan sorban, 
baju panjang, dan turun ke jalan mengobarkan 
kerusuhan.
o ya, kau 
sepertinya belumlah tahu, 
aku sekarang juga punya tato di bawah pusar: 
bergambar seekor burung dengan sayap dan ekor 
mengembang, di hadapannya ada buku terbuka, di 
atasnya melengkung tulisan: tut wuri handayani.
aku memang kadang berharap, suatu waktu kau 
akan melihat dan membacanya. tapi sungguh, aku 
ingin jadi ustaz, dan sesekali membayangkan kau, 
menjerit-jerit dalam sebuah film biru.
yogyakarta 2007